Sejarah Tanggal 9 Agustus

Leave a Comment
MANDIRI88 AGEN JUDI ION CASINO TERBESAR & SABUNG AYAM TERPERCAYA ~ Sore itu, 9 Agustus 1942, sebuah laga yang bertajuk 'persahabatan' antara FC Start dan Flakelf digelar di stadion Zenit, Ukraina. Duel itu merupakan pertemuan kedua mereka dalam kurun tiga hari. Pada pertemuan pertama, FC Start secara digdaya menang telak lewat skor akhir 5-1.

Kendati bermain di rumah sendiri, jalannya pertandingan sungguh berbeda bagi FC Start dibanding pertemuan pertama. Duel kali ini berlangsung sangat brutal. Di sepanjang laga, para penggawa FC Start terus diintimidasi pihak lawan mulai dari ancaman, ludahan, tekel brutal, pelanggaran non bola, hingga tendangan pada kepala kiper FC Start. Ironisnya wasit pemimpin laga seakan melihat tindakan itu sebagai hal yang wajar, tanpa meniup peluit tanda pelanggaran.

Tapi apa yang kemudian terjadi sungguh di luar akal, jika kita mengibaratkannya pada era kini. Para pemain FC Start tak meluapkan emosinya dengan membalas tindakan tersebut, melainkan lewat gelontoran gol. Mereka memang kebobolan tiga gol akibat kecurangan tersebut, tapi tim kebanggaan sesaat warga Ukraina ini sukses membalasnya hingga lima kali! Ya, skor 5-3 untuk FC Start jadi hasil akhir laga.

Keberhasilan tersebut memberi kepuasan luar biasa pada para anggota FC Start. Mereka kemudian berpesta semalam suntuk pasca laga. Kemenangan itu sekaligus menjaga rekor 100 persen kemenangan mereka dalam delapan laga yang sudah dilakoni. Namun setelahnya, hanya kegelapanlah yang hadir.

Kemenangan FC Start atas Flakelf berbuntut panjang. Flakelf yang merupakan klub dari pihak agresor Nazi Jerman yang menjajah Ukraina, kemudian menangkap delapan pemain dari FC Start dalam waktu yang terpisah. Beberapa dari delapan pemain itu langsung dihukum mati, sementara yang lain disiksa dahulu sebelum akhirnya meregang nyawa.

Begitu kejinya perbuatan tersebut, tapi sejatinya apa yang melatari kejadian mengerikan ini?


                               Sepakbola juga tak bisa lepas dari kekejaman Nazi

Kisah awal dari pertandingan yang kemudian dikenang sebagai "The Death Match" tersebut dimulai oleh seorang Ukraina bernama Mykola Trusevych. Dirinya merupakan mantan kiper Dynamo Kiev yang kemudian menjadi tukang sapu di sebuah pabrik roti Ukraina. Dahulu kehidupannya mapan dan dirinya amat dikenal sebagai kiper yang handal.

Namun segalanya berubah sejak Nazi Jerman mulai menginvasi Uni Soviet, pada 22 Juni 1941. Ukraina yang merupakan negara satelit Uni Soviet mau tak mau ikut berperang mempertahankan sang induk. Sayangnya mereka kalah dalam perang dan semakin tersudut. Sejak saat itu semua sendi kehidupan di kedua negara tersebut mati, termasuk sepakbola.

Coba menikmati hidup tanpa pantauan khusus dari tentara Nazi sebagai tukang sapu, Trusevych tetap tak bisa menghilangkan hasratnya untuk kembali bermain sepakbola. Hasrat itu kemudian didukung oleh bosnya di pabrik, Losif Kordik, yang juga fans fanatik Dynamo Kiev. Pencarian pemain pun dilakukan keduanya untuk membentuk sebuah tim yang nantinya debiri nama FC Start.

Tak membutuhkan waktu lama karena Trusevych cukup mengajak rekan-rekannya dahulu kala bermain sepakbola profesional. Sepuluh pemain langsung terkumpul, dengan tujuh di antaranya mantan Dynamo Kiev, terdiri dari Mikhail Svyridovskiy, Mykola Korotkykh, Oleksiy Klimenko, Fedir Tyutchev, Mikhail Putistin, Ivan Kuzmenko, dan Makar Goncharenko, sementara tiga lainnya adalah eks Lokomotiv Moskwa, yakni Vladimir Balakin, Vasil Sukharev, Mikhail Melnyk. FC Start pun sudah memenuhi kuota 11 pemain dan siap mengadakan pertandingan.

Memulai debut laga pada 21 Juni 1942, FC Start tampil begitu luar biasa. Mereka melalui enam pertandingan yang semuanya disapu bersih dengan kemenangan. Skornya pun amat meyakinkan, dengan total mencetak 35 gol dan hanya kebobolan enam gol saja. Nama FC Start semakin tersohor hingga mendapat tantangan dari Flakelf, sebuah klub yang berisikan pesepakbola dari Luftwaffe (angkatan udara Nazi Jerman).

Pertandingan pertama FC Start dengan Flakelf dilangsungkan pada 6 Agustus 1942. Flakelf yang langsung dibuat jantungan karena kalah 5-1, tak terima dan meminta pertandingan ulang di stadion Zenit, Ukraina, yang dilaksanakan tiga hari berselang. Pihak Nazi Jerman mengizinkannya, sekaligus menyetujui permintan agar laga terbuka bagi penonton demi menghindari pemberontakan.


   Stadion Zenit di Ukraina, jadi saksi bisu "The Death Match" antara FC Start (kanan) dan Falkelf

Untuk mendukung kemenangan Flakelf, Nazi Jerman lantas memerintahkan salah satu perwiranya untuk jadi wasit pertandingan. Ketika kedua tim memasuki lapangan, sang perwira memerintahkan para pemain FC Start memberi hormat pada Flakelf ala Nazi. Namun hal itu sama sekali tak berfek pada permainan FC Start, karena mereka menutup babak pertama dengan keunggulan 3-1.

Saat turun minum media Jerman, Der Spiegel, melaporkan jika perwira yang betugas sebagai wasit itu memasuki ruang ganti FC Start dan berkata, "kalian tak boleh menang, saya minta kalian memikirkan konsekuensinya!" Mendengar ancaman itu, Trusevych cs hanya diam seribu bahasa. Tapi siapa sangka, mereka trenyata sudah membulatkan tekad untuk menang demi harga diri dan kebanggaan warga Ukraina.

Sekalipun melalui paruh kedua yang penuh siksa, FC Start akhirnya sukses mengakhiri laga dengan kemenangan 5-3. Penonton di stadion kemudian bergemuruh menyanjung FC Start dan membuat para pemain Flakelf malu, meski tak secara langsung. Kisah memilukan seperti diceritakan sebelumnya memang jadi penutup cerita, tapi apa yang FC Start lakukan sungguh luar biasa dan inspiratif.

Tak heran jika The Death Match kemudian dibuatkan film hingga dua rumah produksi. Para Sineas Hungaria jadi yang pertama memfilimkannya pada 1961, dengan judul "Két félidõ a pokolban" (Pertandingan Maut).

Yang kedua dan paling tersohor adalah ketika Hollywood mengangkatnya ke layar lebar lewat judul "Escpae To Victory", pada 1981. Film itu dibintangi oleh aktor legendaris, Michael Caine dan Sylvester Stallone. Selain itu dihadirkan pula para pesepakbola handal untuk mengisi peran, macam Pele, Boby Moore, hingga Soren Linstedt.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 komentar:

Post a Comment

Protected by

DMCA.com Protection Status