Resep Ampuh Claudio Ranieri Buat Leicester City

Leave a Comment
Apa rahasia di balik kejutan Claudio Ranieri dan Leicester City awal musim ini? Jawabannya ada pada sepotong pizza


"Fans seperti tomat. Tanpa tomat, tidak akan ada pizza. Untuk topping, saya belum tahu. Saya ingin meraih 40 poin." Ucapan itu mengalir begitu saja dari mulut Claudio Ranieri, seorang veteran di dunia kepelatihan yang berpengalaman mengelana ke Prancis, Yunani, Inggris, dan, tentu saja, negara kelahirannya sendiri, Italia. Saat mengatakannya dua pekan silam, Ranieri berada di sebuah restoran pizza. Dia berada di sana untuk menepati janji menraktir para pemain Leicester City usai mengalahkan Crystal Palace dan sekaligus mencatat clean sheet perdana musim ini. Juli tahun ini, Ranieri tiba menangani Leicester setelah pemecatan Nigel Pearson, menyusul skandal rekaman rasis yang melibatkan putaranya. Ini merupakan periode kedua kepelatihannya di Inggris setelah pernah empat musim menukangi Chelsea, awal 2000-an. Leicester tidak salah pilih. Pelatih berusia 64 tahun ini mampu mempertahankan konsistensi performa tim sejak akhir musim lalu. Hingga awal April, klub wilayah East Midlands itu berkutat di papan bawah klasemen. Kemudian secara menakjubkan Leicester mampu merengkuh tujuh kemenangan dalam sembilan pertandingan tersisa untuk mempertahankan posisi di top tier. Leicester finis di posisi ke-14 klasemen. Musim ini, dengan 12 pertandingan yang sudah dijalani, The Foxes bertengger di peringkat ketiga berkat perolehan 25 poin. Hasil dari tujuh kali menang dan hanya sekali kalah. Sangat impresif. Tidak ada yang menyangka pencapaian Leicester sejauh ini, tidak juga fans yang paling loyal sekalipun. Kedatangan Ranieri sama sekali tidak disambut dengan kegembiraan. Reputasi Ranieri sebagai pelatih top dianggap sudah ditelan masa lalu. Formasi ofensif yang pernah diusungnya di Fiorentina hanya lah kebanggaan semu di dalam resumenya. Pada kenyataannya, selama hampir tiga dasawarsa melatih, gelar yang bisa dibanggakan Ranieri "hanya" sebatas Coppa Italia, Copa Del Rey, dan Piala Super Eropa. Sebelum menangani Leicester, Ranieri dipecat dari jabatan pelatih timnas Yunani usai dikalahkan Kepulauan Faroe. Dalam empat pertandingan kualifikasi Euro, Ranieri menuai tiga kekalahan dan tanpa kemenangan. Dua mantan pemain Leicester, Robbie Savage dan Gary Lineker, langsung dihinggapi keraguan begitu mengetahui Ranieri menjadi juru latih baru. "Pilihan buruk", ujar Savage. Sedangkan Lineker berkomentar pendek melalui Twitter, "Really?". Di Chelsea, Ranieri terkenal dengan julukan "The Tinkerman". Pelatih Italia ini gemar sekali gonta-ganti pemain sehingga susunan tim inti Chelsea tak pernah sama dari satu pertandingan ke pertandingan lain. Ranieri punya pembelaan. "Kalau memang misalnya yang kita butuhkan hanya 11 pemain dan kemudian tiga atau empat pemain lagi, lalu kenapa Christopher Columbus pergi berlayar ke India dan menemukan benua Amerika?" sergahnya suatu ketika memberikan analogi.

tim mandiri88
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 komentar:

Post a Comment

Protected by

DMCA.com Protection Status