Musim ini bakal dilewati tanpa trofi juara masuk ke lemari apabila Giallorossi tidak membenahi pertahanan buruk mereka...
AS Roma boleh menyandang status sebagai tim paling produktif di Serie A Italia sejauh ini dengan 20 gol dari delapan pertandingan awal musim 2015/16. Namun, Giallorossi tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa mereka terancam tidak dapat menuntaskan musim dengan trofi juara meski memiliki catatan glamor dalam catatan menjebol gawang lawan, karena gawang tim sendiri juga 'cukup mudah' dikoyak oleh lawan. Pertandingan di Liga Champions dini hari tadi (21/10) menjadi gambaran yang sangat sempurna bagaimana kondisi Roma musim ini. Bertandang ke markas Bayer Leverkusen, skuat asuhan Rudi Garcia dikejutkan dengan dua gol cepat tim tuan rumah. Javier Hernandez dalam tempo kurang dari 20 menit mampu memaksa Wojciech Szczesny dua kali memungut bola dari gawangnya sendiri. Tetapi, mereka adalah AS Roma, tim paling produktif di Italia! Sebelum turun minum, Daniele De Rossi berhasil memaksa kedudukan kembali sama kuat melalui dua golnya. Bahkan, Giallorossi berbalik unggul dua gol setelah Miralem Pjanic dan Iago Falque menjebol gawang Leverkusen di paruh kedua.
Namun, lagi-lagi, kami harus mengingatkan bahwa mereka adalah Roma, selain menjadi tim paling produktif di Italia, mereka juga menjadi satu-satunya tim yang sudah kemasukan dua digit gol di antara klub-klub yang menghuni lima besar sementara. Roma harus membuang kemenangan yang berada di depan mata ketika Kevin Kampl dan Admir Mehmedi menjebol gawang yang dikawal Szczesny dalam tempo dua menit pada sepuluh menit akhir pertandingan, yaitu pada 84 dan 86. Gol-gol itu menyelamatkan Leverkusen dari kekalahan di depan publik sendiri sekaligus memaksa tim tamu menduduki posisi juru kunci tanpa berhasil meraih kemenangan satupun dalam tiga laga. Masalah pertahanan yang buruk sebenarnya sudah mendapatkan perhatian khusus dari pelatih sebelum pertandingan menghadapi Leverkusen. Garcia mengaku sudah berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan motivasi para pemain agar tidak kehilangan fokus di tengah-tengah pertandingan. "Akan menjadi hal bagus jika mulai tengah pekan kami berhenti membiarkan gol-gol masuk," ujar pelatih asal Prancis itu sebelum laga. "Dalam lima menit terakhir, saya kehilangan suara saya karena berusaha memotivasi para pemain. Kami hanya bisa bersantai setelah peluit panjang, bukan sebelumnya." Ironis...Roma kemudian kemasukan empat gol...
Masalah di lini belakang Roma bisa terlihat dalam aktivitas tim di bursa transfer musim panas kemarin. Meski berhasil mendatangkan sosok bek kiri berkualitas dalam diri Lucas Digne, manajemen melepas tiga bek tengah yang bisa menjadi kekuatan tim musim ini. Mapou Yanga-Mbiwa, yang menjadi tandem Manolas musim lalu hingga mengantar Roma menjadi tim yang paling sedikit kemasukan di Serie A, dilepas ke Lyon. Kemudian Davide Astori yang bisa menjadi pelapis jantung pertahanan tidak dipermanenkan meski memiliki opsi tersebut, dan terakhir bek muda berbakat Alessio Romagnoli yang dijual ke AC Milan. Alhasil, kini Roma harus menggantungkan pertahanan mereka pada Manolas, dengan pasangan duetnya masih kerap berubah antara Daniele De Rossi yang dipaksa menjadi bek tengah, Leandro Castan yang belum menemukan performa terbaik usai menjalani operasi musim lalu dan bek muda asal Jerman Antonio Rudiger. Sementara, bek muda Serbia, Norbert Gyomber akan menjadi pilihan terakhir apabila nama-nama di atas tidak dalam kondisi siap untuk diturunkan. Dengan materi jantung pertahanan seperti demikian, meski ditopang kiper sekelas Wojciech Szczesny, tidaklah mengagetkan Roma menjadi salah satu dari tiga tim yang sudah kemasukan dua digit gol di antara tim-tim sepuluh besar. Dan mereka juga baru mencatatkan satu clean sheet dalam 11 pertandingan di semua ajang, dengan rata-rata kemasukan 1,64 per laga.
"Target dan filosofi saya tanpa diragukan lagi adalah menyerang, tetapi saya juga menyadari bahwa untuk memenangkan pertandingan Anda juga membutuhkan dasar pertahanan yang luar biasa," ujar Garcia saat pertama bergabung ke klub ibukota Italia. Filosofi dan target pelatih asal Prancis itu tampak berhasil diwujudkan musim lalu, tetapi pada musim 2015/16 skuat mulai timpang dengan ketidakseimbangan antara lini serang dan lini pertahanan. Bagaimana Garcia?
tim mandiri88
AS Roma boleh menyandang status sebagai tim paling produktif di Serie A Italia sejauh ini dengan 20 gol dari delapan pertandingan awal musim 2015/16. Namun, Giallorossi tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa mereka terancam tidak dapat menuntaskan musim dengan trofi juara meski memiliki catatan glamor dalam catatan menjebol gawang lawan, karena gawang tim sendiri juga 'cukup mudah' dikoyak oleh lawan. Pertandingan di Liga Champions dini hari tadi (21/10) menjadi gambaran yang sangat sempurna bagaimana kondisi Roma musim ini. Bertandang ke markas Bayer Leverkusen, skuat asuhan Rudi Garcia dikejutkan dengan dua gol cepat tim tuan rumah. Javier Hernandez dalam tempo kurang dari 20 menit mampu memaksa Wojciech Szczesny dua kali memungut bola dari gawangnya sendiri. Tetapi, mereka adalah AS Roma, tim paling produktif di Italia! Sebelum turun minum, Daniele De Rossi berhasil memaksa kedudukan kembali sama kuat melalui dua golnya. Bahkan, Giallorossi berbalik unggul dua gol setelah Miralem Pjanic dan Iago Falque menjebol gawang Leverkusen di paruh kedua.
Namun, lagi-lagi, kami harus mengingatkan bahwa mereka adalah Roma, selain menjadi tim paling produktif di Italia, mereka juga menjadi satu-satunya tim yang sudah kemasukan dua digit gol di antara klub-klub yang menghuni lima besar sementara. Roma harus membuang kemenangan yang berada di depan mata ketika Kevin Kampl dan Admir Mehmedi menjebol gawang yang dikawal Szczesny dalam tempo dua menit pada sepuluh menit akhir pertandingan, yaitu pada 84 dan 86. Gol-gol itu menyelamatkan Leverkusen dari kekalahan di depan publik sendiri sekaligus memaksa tim tamu menduduki posisi juru kunci tanpa berhasil meraih kemenangan satupun dalam tiga laga. Masalah pertahanan yang buruk sebenarnya sudah mendapatkan perhatian khusus dari pelatih sebelum pertandingan menghadapi Leverkusen. Garcia mengaku sudah berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan motivasi para pemain agar tidak kehilangan fokus di tengah-tengah pertandingan. "Akan menjadi hal bagus jika mulai tengah pekan kami berhenti membiarkan gol-gol masuk," ujar pelatih asal Prancis itu sebelum laga. "Dalam lima menit terakhir, saya kehilangan suara saya karena berusaha memotivasi para pemain. Kami hanya bisa bersantai setelah peluit panjang, bukan sebelumnya." Ironis...Roma kemudian kemasukan empat gol...
"Target dan filosofi saya tanpa diragukan lagi adalah menyerang, tetapi saya juga menyadari bahwa untuk memenangkan pertandingan Anda juga membutuhkan dasar pertahanan yang luar biasa," ujar Garcia saat pertama bergabung ke klub ibukota Italia. Filosofi dan target pelatih asal Prancis itu tampak berhasil diwujudkan musim lalu, tetapi pada musim 2015/16 skuat mulai timpang dengan ketidakseimbangan antara lini serang dan lini pertahanan. Bagaimana Garcia?
tim mandiri88
0 komentar:
Post a Comment